BENGKULU, tribratanewsbengkulu.com – Kelompok teroris adalah kelompok yang punya aspirasi yang tidak tertampung atau tidak tersalurkan. Maka ketika jalan menyalurkan aspirasi itu tertutup, mereka kemudian mencari jalan lain, dan jalan kekerasan dianggap sebagai jawaban.
Demikian disampaikan Dosen Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Dr Mirra Noor Milla saat diskusi bertajuk “Menyikapi Perkembangan Terorisme di Indonesia” di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta, Kamis (07-04-2016).
“Gak ada yang takut mati dalam kelompok ini. Jika ada yang jadi korban, itu akan dijadikan mitos. Mitos bahwa mereka diperlakukan secara tidak adil. Ketidakadilan ini dijadikan bahan untuk menambah semangat. Ketidakadilan adalah bahan bakar untuk mengobarkan semangat,” katanya.
Untuk itu, Mirra Noor Milla berpendapat, pola pendekatan yang dilakukan dalam upaya pemberantasan dan pencegahan terorisme tidak bisa semata dilakukan lewat bidang keamanan.
“Kalau pendekatannnya hanya keamanan, akan semakin keras. Masa tahanan tidak mengubah radikalisme seseorang. Peluang yang bisa ditempuh, bukan mengubah, tapi memberi alternatif untuk menyalurkan aspirsi mereka,” terang Mirra Noor Milla.
Terorisme tumbuh dan berkembang di masyarakat, oleh sebab itu menurut Mirra Noor Milla, keterlibatan masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam upaya menangkal paham radikal dan teror tidak tumbuh subur di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, aktivis Muhammadiyah Ma’mun Murod Al-Barbasy, menyatakan dukungannya kepada Polri dalam pemberantasan terorisme. Menurutnya tidak ada agama yang membenarkan tindak terorisme. Sementara terkait terorisme yang sering diidentikkan dengan Islam, ia tegas mengatakan Islam jadi korban teroris.
Sementara terkait pelibatan masyarakat dalam pemberantasan teroris, Ma’mun Murod berpendapat Polisi bisa menggandeng organisasi keagamaan yang konsen pada pemberdayaan umat seperti Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama (NU).
“Ajak Muhammadiyah dan NU, selesai itu. Selain itu, petinggi-petinggi Polri perlu datang ke pesantren-pesantren,” katanya.
Senada dengan itu Ketua Tanfidziyah PBNU Dr Marsudi Syuhud tegas menyatakan tindak terorisme tidak sesuai agama manapun. Ia menilai munculnya kelompok teroris di Indonesia tidak terlepas dari gejolak yang terjadi di Timur Tengah. Akibat gejolak itu, sejumlah pihak berlomba-lomba mencari dukungan ke manapun, termasuk ke Indonesia.