Tribratanewsbengkulu.com-Jakarta. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menyebut kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) menyasar Pulau Jawa sebagai daerah penguatan. Meski pada 2007 pemerintah resmi membubarkan JI, namun jaringan tersebut justru semakin berkembang.
Diketahui setelah 2007 di bubarkan ternyata JI melakukan persiapan strategi baru yakni tamkin atau penguasaan wilayah yang diperkuat. “Yang terakhir tetap Jawa, sedangkan pendukung perekonomian mereka ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Biro Penmas) Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Dedi Prasetyo.
Untuk memperluas jaringan wilayah JI, mereka melakukan perekrutan dengan cara tertutup. Di mana, anggota yang lolos dari rekrutmen, dikirim ke luar negeri untuk mendapat pelatihan dan praktek perang langsung di Suriah dan Irak. Dalam perekrutan, mereka juga kerap mendekati tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Selain itu, jaringan JI juga menggunakan media sosial menyebarkan propaganda dan ajarannya. “Propaganda itu mereka sebarkan melalui media sosial dan media yang dibuat sendiri. Ini dalam rangka untuk membentuk opini terkait kelompoknya,” jelas Jenderal Bintang Satu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen. Pol. Dr. Dedi Prasetyo, M.Hum., M.Si., M.M. menjelaskan bahwa pihaknya masih mencari tahu perusahaan dan lokasi perkebunan tersebut. Namun dari usaha kebun sawit itu, Para mampu membayar anggotanya Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
“Mereka bisa dikatakan berhasil membangun kekuatan ekonomi untuk operasional sehari-hari termasuk gaji pejabat struktural,” tutup Mantan Wakapolda Kalteng.