MANNA, Tribratanewsbengkulu.com – Maraknya Kasus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang “menghangat” beberapa pekan terakhir, nampaknya juga menjadi perhatian khusus dari Kepolisian Resor Bengkulu Selatan.
Mengantisipasi kegiatan serupa dan menyebarnya aliran atau kepercayaan yang dapat menimbulkan keresahan dan merusak stabilitas keamanan di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan, Polres Bengkulu Selatan melakukan monitoring dan penggalangan ke sejumlah pondok Pesantren yang ada di Bengkulu Selatan.
Hari ini (24/02) lebih kurang Pukul 10.00 Wib Personel Sat Intelkam dan Sat Binmas Polres Bengkulu Selatan melakukan silaturahmi Kamtibmas ke Pondok Pesantren Makrifatul Ilmi pimpinan KH. Abdullah Munir, M.Pd yang beralamat di Jalan Merapi, Kelurahan Gunung Ayu, Kecamatan Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kunjungan ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahmi kepada para pengurus pondok pesantren, para santri serta terus mengoptimalkan pengawasan dan memberikan pemahaman tentang kelompok-kelompok radikal sehingga bengkulu selatan dapat terhindar dari gerakan radikal yang bisa merusak keutuhan bangsa .
Menurut Kapolres BS AKBP Yogie Yusuf Napitupulu Melalui Kasat Binmas AKP Arie Yansyah, SH saat ditemui tribratanews, metode bimbingan sangat berpengaruh dalam perkembangan mental seorang santri. Oleh sebab itu, Ia menghimbau kepada para pengajar dan pengurus agar berhati-hati dalam memberikan bimbingan kepada santrinya.
“Sejauh pemantauan Kami, tidak pernah ada Santri atau Pondok Pesantren yang diajarkan tawuran ataupun tindak kekerasan lainnya. Tapi ketika ada kekerasan dan paham radikalisme, kebanyakan orang-orang yang selalu mengaitkan dengan Pondok Pesantren,” Ungkapnya.
Namun Demikian lanjut Kasat Binmas, Polres Bengkulu Selatan selalu melakukan pemantauan dan monitoring serta penggalangan ke seluruh pondok pesantren yang ada di Bengkulu Selatan, Ia mengatakan kultur dan pendidikan pondok pesantren jauh berbeda dengan pendidikan umum, apalagi pendidikan umum yang tidak disertai dengan sistem pendidikan pesantren yang mengajarkan Ilmu Agama sebagai pokok pembelajaran.
Sebab, menurutnya Islam tidak mengajarkan tindakan-tindakan kekerasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau perbedaan.
“Gerakan-gerakan radikal yang muncul dengan mengatas namakan Islam adalah kelompok yang lahir dengan pemahaman yang salah atau tidak memahami Islam secara menyeluruh” Pungkasnya. (asp)