NTB, Tribratanewsbengkulu.com – Mendekati bangunan musholah di Ponpes Al Fathul Alim terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Alquran dari suara anak-anak. Para santri yang yang berada di Ponpes Al Fathul Alim yang rata-rata berumur 6-7 tahun ini apabila Masuk waktu Sholat secara tertib mereka mengambil air wudhu secara bergantian. “kalau air tidak usah khawatir, satu pompa saja sudah cukup. Ini air dari gunung-gunung.” Kata junaidin seraya menunjuk perbukitan yang mengelilingi Ponpes yang dia dirikian pada 2009 itu.
Setelah berwudhu, para santri tertib membuat saf dengan rapi. Untuk melaksanakan Shalat secara berjamaah. Kali ini Junaidin berinisiatif melakukan azan Ashar. Namun speaker yang dipakai ternyata bermasalah. Setelah diperiksa ada sambungan kabel yang terputus. Mengeringkan tangan sebentar kemudian junaidin menyambungkan kabel yang terputus dan azan pun berkumandang.
Untuk sementara ini semua santri di Al Fathul Alim yang didirikan dengan biaya dan tenaga sendiri itu memang berasal dari Desa Songgela saja. Jumlah totalnya ada 70 anak. Di Ponpes yang cukup jauh dari perkampungan penduduk tersebut, mereka dididik baca dan hafal Alquran.
Menurut Junaidin, ada nilai tambah bagi seseorang yang bisa menghafal Alquran, apalagi 30 Juz. Disela mengajar baca dan hafal Alquran, dia menyisipkan pelajaran tambahan yang mungkin tidak diberikan di Ponpes lain. Yaitu ilmu hukum sederhana. Itu sesuai dengan latar belakang profesi junaidin sebagai seorang Polisi.
Junaidin merasa tambahan ilmu hukum itu perlu karena alasan utama yang mendorongnya mendirikan ponpes adalah karena meningkatnya angka kejahatan di Bima. “Alhamdulillah anak-anak disini tidak bermasalah (dengan hukum, Red),” ujarnya bangga.
Untuk ilmu hukum sederhana, Junaidin sendiri yang menjadi tenaga pengajarnya. Tapi untuk baca dan hafal Alquran sekarang Ponpes Al Fathul Alim sudah memiliki empat tenaga pengajar. Junaidin mengungkapkan dengan jumlah santri yang terus bertambah, dirinya kesulitan kalau harus emngajar sendirian.
Sebab, tugas di kepolisian juga sangat padat. Katrena itulah mulai tahun ini ada empat tenaga pengajar yang dengan sukarela membantunya. Dengan empat tenaga pengajar tersebut kini anak desa Songgela sekarang bisa setiap hari nyantri di Ponpes. Karena dulu ketika Junaidin sendirian mengajar, belum tentu para santri bisa mengaji setiap hari. Sebab harus menyesuaikan waktu dengan jainudin.
Hingga saat ini sarana dan prasarana untuk mendukung anak-anak mengaju juga masih sangat terbatas. Ponpes Al Fathul Alim belum memiliki jumlah buku Iqra ataupun Alquran yang mencukupi untuk satu persatu sesuai dengan jumlah santri yang ada.Namun semua keterbatasan tak membuat para santri patah semangat melainkan keterbatasan yang ada ini semakin memicu para santri di Ponpes miliknya untuk giat belajar, terutama untuk bisa fasih dan hafal membaca Alquran. Selain sesekali disediakan makanan untuk para santri Junaidin juga sering memberikan hadiah-hadiah kecil untuk para santri yang bisa fasih dan hafal membaca Alquran semuanya demi memicu rasa ingin belajad dari masing-masing santri.
Kelak, jika ada anak didik Ponpes Al Fathul Alim yang bisa Hafal Alquran samapi 30 Juz, Junaidin berjanji akan membantu menyekolahkan mereka ke Mekkah dan Madinah. Tak mudah memang, tapi dia yakin ada santri di ponpesnya yang bakal jadi Hafiz. ( Alf )