Bengkulu, tribratanewsbengkulu.com – Pencarian dan penyelamatan korban dari dampak gempa bumi yang terjadi kemarin di Kabupaten Pidie Jaya Aceh masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan masih terus mengupayakan mencari korban yang diperkirakan terjebak diantara puing reruntuhan bangunan yang roboh.
Hingga saat ini data yang berhasil dihimpun oleh BPBD dan sudah dikonfirmasi, terdapat 94 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, 128 orang luka berat 489 orang luka ringan dengan ratusan bangunan rusak. Hingga saat ini BPBD masih melakukan pendataan terkait dampak gempa yang terjadi kemarin (7/12).
Dari jumlah tersebut, gempa paling banyak menelan korban di Kabupaten Pidie Jaya. Tercatat, koban tewas sebanyak 91 orang, 120 orang luka berat dan 411 Orang luka ringan. Sementara di Kabupaten Bireun, dua orang tewas, 8 luka berat, 78 orang luka ringan dan 10 ribu santri terdampak. Untuk Kabupaten Pidie, dilaporkan satu orang tewas dan satu orang hilang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, proses pencarian dan penyelamatan korban di Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen dan Pidie masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan masih mencari korban yang diperkirakan terjebak dalam reruntuhan bangunan hingga pukul 20.30 WIB.
”Seluruh korban meinggal dirujuk ke RSUD Pidie Jaya, Rs Pidi dan RS Sigli. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena proses pendataan masih terus berlangsung,” ujar Sutopo.
Selain menelan korban, gempa yang berpusat di 5.19 LU – 96.36 BT itu juga merusak bangunan yang ada. Di Kabupaten Pidie Jaya, 105 Unit ruko roboh, 86 Unit rumah rusak berat, 13 Unit Bangunan Masjid roboh, 1 unit bangunan Indomaret Roboh dan 1 unit bangunan RSUD Pidie rusak berat.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie. Bangunan rusak berat. Di Kabupaten Pidie, sebanyak 40 unit rumah rusak berat. Sementara di Kabupaten Bireun, tercatat 1 Unit Masjid, 35 unit rumah, 6 unit ruko dan 1 kilang padi rusak berat. Selain itu, satu unit bangunan kampus roboh.
“Kerusakan terjadi cukup berat karena pusat gempa berada di darat. Kemudian, mekanisme gempa mendatar. Sehingga, dampaknya sangat keras. Banyak korban yang tertimbun bangunan. Apalagi, banyak bangunan yang tak didesain tahan gempa,” jelas alumni Universitas Gajah Mada itu. (Alf)