BENTENG, tribratanewsbengkulu.com – Musibah kebakaran yang menerpa PT Cipta Buana Seraya (CBS) menyisahkan kesan tersendiri bagi pihak perusahaan tambang batu bara tersebut. Pasalnya, kebakaran yang menghabiskan seisi mess mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian hingga mencapai Rp 800 juta.
Demikian disampaikan Kepala Teknis Tambang (KTT) PT CBS, Danu Andrianto saat mendatangi Mapolsek Taba Penanjung, sekitar pukul 14.00 WIB,Kemarin (Jum’at, 29/7) .
“Akibat kebakaran yang terjadi, secara keseluruhan kerugian yang kami derita berkisar Rp 800 juta,” jelas Danu.
Menurut Danu, meski tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, hanya saja sejumlah aset berharga perusahaan berupa seperti 3 (tiga) unit mesin bor batubara ludes terbakat. Tak hanya itu, kebakaran juga menghanguskan 8 (delapan) unit mesin pompa air, 4 (empat) kasur yang terdapat didalam mess.
“Yang paling berharga adalah mesin bor batubara. Seluruhnya tak bisa lagi digunakan,” pungkasnya.
Masih kata Danu, sejauh ini pihaknya belum bisa menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil lantaran masih akan berkoordinasi bersama pihak kepolisian untuk menyelidiki penyebab timbulnya api.
“Yang paling tahu adalah pihak kepolisian. Kita memang tak ada menaruh ras curiga kepada siapapun. Kita serahkan sepenuhnya kepada polisi untuk mengungkap penyebabnya,” ungkap Danu.
Lebih lanjut dijelaskan Danu, meski sejumlah peralatan tambang terbakar, pihaknya tetap akan berupaya dan berkoordinasi bersama pemerintah untuk mencari solusi terbaik sehingga rencana penambangan bawah tanah bisa kembali dilanjutkan.
Ditegaskan Danu, pihaknya sudah mengantongi izin usaha penambangan (IUP) dan ini menunjukan bahwa kegiatan PT CBS legal (resmi).
Dari undangan yang telah diterima, pihak CBS diundang oleh Gubernur Bengkulu untuk duduk bersama dan membahas permasalahan ini pada hari Senin (1/8).
“Kami harap rencana kami untuk melakukan penambangan bisa dilanjutkan. Selain mendapatkan dukungan sejumlah warga, penghentian aktivitas kami juga akan berimbas pada meningkatnya jumlah pengangguran. Sebab aktivitas kami juga banyak menggunakan tenaga yang berasal dari desa setempat,” ungkap Danu.